Berat badan merupakan salah satu indikator dari pertumbuhan bayi, selain tinggi badannya. Berat badan yang tidak sesuai umur bisa menjadi petunjuk adanya gangguan fisik pada si kecil atau kurangnya asupan nutrisi. Itu sebabnya bayi harus dipantau berat badannya setiap bulan untuk memastikan ia tumbuh dengan baik. “Kenaikan berat badan yang tidak sesuai dari yang seharusnya atau berat badan bayi turun jangan dibiarkan. Harus langsung ke dokter,” kata Dr.dr.Damayanti Rusli Sjarif, Sp.A(K), dalam diskusi tumbuh kembang anak yang diadakan Forum Ngobras di Jakarta (13/8).
Kondisi berat badan bayi yang tidak sesuai dengan umurnya itu bisa menyebabkan bayi mengalami weight faltering (gagal tumbuh) dan berujung pada stunting. Stunting adalah kondisi anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek dari anak normal. Stunting disebabkan malnutrisi yang kronis, yaitu kurangnya asupan makanan dalam jangka panjang.
Baca: Taman Nasional Way Kambas, Tempat Konservasi Gajah Sumatera
Cara Deteksi
Secara kasat mata, anak yang mengalami weight faltering tidak tampak berbeda dengan anak yang sehat. Kondisi ini hanya bisa dideteksi dari grafik pertumbuhan berat badan di Kartu Menuju Sehat. Ada beberapa penyebab mengapa bayi mengalami weight faltering, yakni ada infeksi penyakit yang diderita bayi atau asupan nutrisinya kurang. Bayi yang ternyata memiliki infeksi perlu diatasi dulu penyakitnya dan biasanya berat badannya kembali naik. Tetapi jika bayi ternyata sehat, namun berat badan tidak naik kemungkinan karena nutrisinya kurang. “Pada bayi yang masih mendapat ASI, bisa terjadi ASI-nya kurang. Dokter bisa mengevaluasi cara ibu memberi ASI dan lihat selama dua minggu. Bila berat badan berhasil naik, ASI tinggal dilanjutkan,” katanya.
Namun, bila berat badan bayi tetap atau turun, ASI tetap dilanjutkan namun ditambah dengan asupan lain. “Bila usia anak kurang dari 4 bulan, pilihannya adalah donor ASI yang aman atau susu formula dengan standar CODEX dan terdaftar di BPOM,” ujar dokter dari Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Departemen Kesehatan Anak FKUI/RSCM ini. Sementara pada anak yang sudah berusia lebih dari 4 bulan dan sudah menunjukkan tanda siap makan, yakni kepala tegak dan lidah tidak menjulur lagi, bisa diberikan makanan pendamping ASI. Makanan pendamping ASI juga tidak boleh sembarangan. Menurut Damayanti, prinsip MPASI adalah komposisinya mengacu pada ASI. “Komposisi ASI terdiri dari 55 persen lemak, 30 persen karbohidrat, dan lebih dari 5 persen protein.
Karena itu MPASinya harus mengandung protein hewani dan energi yang cukup,” tandasnya. Berat badan yang tidak adekuat pada bayi bukan cuma menyebabkan bayi terlihat kecil atau pendek, tetapi lebih jauh lagi berdampak pada perkembangan otaknya. “Jika asupan nutrisinya kurang, maka otak yang pertama kali terdampak. Weight faltering bisa menyebabkan IQ anak turun 3 poin,” kata Damayanti.
Artikel Menarik: Lengkung Langit, Menikmati Keindahan Kota Bandar Lampung dari Ketinggian
Karena itu kondisi malnutrisi pada bayi ini mesti ditangani sebelum usia dua tahun. Jika tidak, perkembangan otak terganggu. “Bila sudah stunting, maka sudah terlambat. Otak yang rusak tidak bisa diperbaiki lagi. Bila dikejar dengan pemberian nutrisi dan stimulai, tetap tidak bisa menyamai anak yang tidak stunting,” katanya.